Danau situ bagendit
yang terletak di kecamatan banyu resmi kurang lebih 10 kilometer dari garut
kota, konon diambil nama seorang janda kaya yang tamak & kikir. Namanya
nyai Endit. Suatu hari nyai Endit mendapat pelajaran dari seorang kakek tua
sehingga dia dan seluruh hartanya ditenggelamkan air yang didapat dari mata air
bekas tancapan tongkat kakek tua itu. Yaa... kurang lebih gitu lah yang
diceritain sama tukang rakit bambu yang nganter kita nyebrang.
Nyebrang?? Yup. Buat
kita bisa menengok candi cangkuang kita harus menyebrang danau bagendit dengan
menggunakan rakit bambu yang banyak tersedia di tepi situ. Tepi mana? Tepi
situ. (ihh garing). Biasanya perorang
ditarip 4000 rupiah aja buat pulang pergi, cuman masalahnya satu rakit hanya
mau berangkat kalo jumlah orangnya udah jejeg 20 orang. Khan berarti nunggu.
Gak mau buang waktu,
maaf bukannya kita gak mau membiasakan budaya antri, menimbang juga masalah
waktu dan privacy bukan privatisasi, akhirnya kita memutuskan borongan aja sama
pemilik perahunya. 20 x 4000 = 80.000 perak musti di gelontorkan demi efektifitas
waktu, mengingat setik tapi cuaca disini tlah dari sini masih banyak yang
pengen kita lakuin di garut. Dan ternyata.........
Alhamdulillah............
dengan ngeborong perahu buat sendiri, anak – anak lebih leluasa main diatas
perahu. Lari sana, lari sini, liat ke bawah danau yang emang ternyata gak
dalem. Foto foto. (tetep wee belajar buat narsis). Asa jadi keingetan siapaaaa
gitu yah yang pernah foto pre wedding diatas perahu ini teh. Da emang tempatnya
cocok benget sih. Like i said before, matahari terang, pencahayaan bagus, tapi
suasana sejuk, angin sepoi malahan pas lagi di perahu asa pengen nerusin
kegiatan di hotel yang tertunda tadi........tidurrrrr. euuughhhh sayang gak
bawa bantal.
Dikejauhan danau terlihat banyak tanaman teratai air.
Kayaknya kalo minta tolong sama si mang perahu buat di ambilin boleh juga nih.
Inget sama kolam belakang rumah 0.8 x 1 meter. Lumayan lah gratisan. Oh iya ada
satu tips lagi dari si mang perahu, katanya bakal bunga yang masih ada dibawah
permukaan air (belum muncul), berkhasiat buat penawar penyakit hipertensi.
Katanya sih di lalap aja.
Sampai tepian, kita
merasa sangat beruntung. Apa pasal? Pedagang disini sopan dan tertib. Mereka
tidak sampai menjajakan dengan mengejar pengunjung. Salut buat semua pedagang
bagendit. Meskipun pengunjung tidak terlalu banyak seperti objek wisata
unggulan lainnya namun mereka mampu berlaku tertib. Two thumbs up for them.
Selain itu dengan berjejer rapih di sepanjang jalan menuju candi membuat
pemandangan tersendiri buat wisatawan. Beneran lageee......., plus kerajinan
yang ditawarkan pun khas milik mereka. Ada miniatur domba adu garut. Miniatur
candi cangkuang, bakiak/kelom geulis ( my daughter brougt one) , aneka kaulinan
barudak, etc.
Candi cangkuang berukuran 4,7 x 4,7 berbentuk bujur sangkar,
memiliki tinggi kurang lebih 8,5 meter. Sekilas saat kita berkunjung kita
menyangka bahwa this is the abandoned temple. Namun ternyata menurut masyarakat
stempat, pada saat hari2 besar keagamaan hindu dan budha candi ini masih
dipergunakan untuk sembahyang umat. Jadi penasaran, pengen liat kayak gimana
sih prosesi sembahyang umat agama lain. Just for cukup tau gue ajah.
Kenapa dinamakan candi cangkuang? Apakah ada janda kaya
seperti nyai endit tadi? Nggak laaahhhh. Ini lain cerita. Di menurut hikayat,
dahulu di sekeliling candi ini banyak sekali berdiri pohon cangkuang.
Dibagian lain dari kawasan candi cangkuang ini terdapat
komplek rumah adat kampung pulo. Komplek ini merupakan milik turun temurun dari
penyebar agama islam di kota garut. Keseluruhan rumah ini terdapat 7 buah rumah
yang masih terawat apik dan dipergunakan sebagai tempat tinggal para generasi
keturunan beliau. Namun hanya garis keturunan wanita saja lah yang
diperbolehkan untuk masuk dan menempati rumah tersebut.
Trus udahan liburannya?????
Ngke heula. Hari masih siang sis.....ayam aja belom pada masuk kandang
jam segini sih. Kita masih mau makan and berenang. Tapi cerita ini udah
kepanjangan jadi kalo sekarang di cut, sah sah aja yaaa
Keep read, bro and sis ini khan cumakatasusi.