me

me

Rabu, 27 Februari 2013

Another unpredictable vacation 3




Danau situ bagendit yang terletak di kecamatan banyu resmi kurang lebih 10 kilometer dari garut kota, konon diambil nama seorang janda kaya yang tamak & kikir. Namanya nyai Endit. Suatu hari nyai Endit mendapat pelajaran dari seorang kakek tua sehingga dia dan seluruh hartanya ditenggelamkan air yang didapat dari mata air bekas tancapan tongkat kakek tua itu. Yaa... kurang lebih gitu lah yang diceritain sama tukang rakit bambu yang nganter kita nyebrang.

Nyebrang?? Yup. Buat kita bisa menengok candi cangkuang kita harus menyebrang danau bagendit dengan menggunakan rakit bambu yang banyak tersedia di tepi situ. Tepi mana? Tepi situ. (ihh garing).  Biasanya perorang ditarip 4000 rupiah aja buat pulang pergi, cuman masalahnya satu rakit hanya mau berangkat kalo jumlah orangnya udah jejeg 20 orang. Khan berarti nunggu.

Gak mau buang waktu, maaf bukannya kita gak mau membiasakan budaya antri, menimbang juga masalah waktu dan privacy bukan privatisasi, akhirnya kita memutuskan borongan aja sama pemilik perahunya. 20 x 4000 = 80.000 perak musti di gelontorkan demi efektifitas waktu, mengingat setik tapi cuaca disini tlah dari sini masih banyak yang pengen kita lakuin di garut. Dan ternyata.........

Alhamdulillah............ dengan ngeborong perahu buat sendiri, anak – anak lebih leluasa main diatas perahu. Lari sana, lari sini, liat ke bawah danau yang emang ternyata gak dalem. Foto foto. (tetep wee belajar buat narsis). Asa jadi keingetan siapaaaa gitu yah yang pernah foto pre wedding diatas perahu ini teh. Da emang tempatnya cocok benget sih. Like i said before, matahari terang, pencahayaan bagus, tapi suasana sejuk, angin sepoi malahan pas lagi di perahu asa pengen nerusin kegiatan di hotel yang tertunda tadi........tidurrrrr. euuughhhh sayang gak bawa bantal.






Dikejauhan danau terlihat banyak tanaman teratai air. Kayaknya kalo minta tolong sama si mang perahu buat di ambilin boleh juga nih. Inget sama kolam belakang rumah 0.8 x 1 meter. Lumayan lah gratisan. Oh iya ada satu tips lagi dari si mang perahu, katanya bakal bunga yang masih ada dibawah permukaan air (belum muncul), berkhasiat buat penawar penyakit hipertensi. Katanya sih di lalap aja.

Sampai  tepian, kita merasa sangat beruntung. Apa pasal? Pedagang disini sopan dan tertib. Mereka tidak sampai menjajakan dengan mengejar pengunjung. Salut buat semua pedagang bagendit. Meskipun pengunjung tidak terlalu banyak seperti objek wisata unggulan lainnya namun mereka mampu berlaku tertib. Two thumbs up for them. Selain itu dengan berjejer rapih di sepanjang jalan menuju candi membuat pemandangan tersendiri buat wisatawan. Beneran lageee......., plus kerajinan yang ditawarkan pun khas milik mereka. Ada miniatur domba adu garut. Miniatur candi cangkuang, bakiak/kelom geulis ( my daughter brougt one) , aneka kaulinan barudak, etc.





 
Candi cangkuang berukuran 4,7 x 4,7 berbentuk bujur sangkar, memiliki tinggi kurang lebih 8,5 meter. Sekilas saat kita berkunjung kita menyangka bahwa this is the abandoned temple. Namun ternyata menurut masyarakat stempat, pada saat hari2 besar keagamaan hindu dan budha candi ini masih dipergunakan untuk sembahyang umat. Jadi penasaran, pengen liat kayak gimana sih prosesi sembahyang umat agama lain. Just for cukup tau gue ajah.

Kenapa dinamakan candi cangkuang? Apakah ada janda kaya seperti nyai endit tadi? Nggak laaahhhh. Ini lain cerita. Di menurut hikayat, dahulu di sekeliling candi ini banyak sekali berdiri pohon cangkuang. 






Dibagian lain dari kawasan candi cangkuang ini terdapat komplek rumah adat kampung pulo. Komplek ini merupakan milik turun temurun dari penyebar agama islam di kota garut. Keseluruhan rumah ini terdapat 7 buah rumah yang masih terawat apik dan dipergunakan sebagai tempat tinggal para generasi keturunan beliau. Namun hanya garis keturunan wanita saja lah yang diperbolehkan untuk masuk dan menempati rumah tersebut.
 






Jangan lupa ntar kalo pulang beli burayot. Itu warisan kuliner budaya kita yang mungkin hampir punah. Masyarakat sekitar mulai menggairahkan kembali burayot dengan menambah berbagai varian rasa untuk isian cemilan ini. Buat yang masa kecilnya sempat ketemu dengan kue cucur, (tapi model kue cucur yang dulu, yang minyaknya masih agak belepotan, burayot ini hampir mirip. Namun ada rasa yang membedakan yang........yaaaa.... nggak ngerti deh. Tapi rasanya sedikit beda sama cucur. Gak sempet difoto sih, abisnya begitu beli langsung rebutan makannya. Ntar ajalah lagi kalo sempet.

Trus udahan liburannya?????  Ngke heula. Hari masih siang sis.....ayam aja belom pada masuk kandang jam segini sih. Kita masih mau makan and berenang. Tapi cerita ini udah kepanjangan jadi kalo sekarang di cut, sah sah aja yaaa
Keep read, bro and sis ini khan cumakatasusi.